Namaku RakyatOdi Shalahuddin
Namaku rakyatTiada pernah berkarat
Walau terus dibuat sekarat
Oleh engkau
wahai para keparatSebab rakyat adalah jutaan jiwa yang terus bertumbuh
Sering terdiam melihat penguasa dan pengusaha bersetubuh
Tapi bukan tidak tahu menyaksikan
engkau yang tak punya rasa maluSelalu tercatat dalam lembaran hitam pekat dengan darah yang melekat kuat
Rakyat adalah irama kesabaran bukan tanpa batas
Engkau yang termabuk, lupa diri dan memainkan senjata yang telah terlepas
Lalu menembak lautan, hutan-hutan, dan lahan-lahan subur
Mengorek dan mengocok perut ibu pertiwi yng semakin terkulai
Ah, engkau, betapa rakus dan durjananya
rakyat mencatat dalam lembaran hitam pekat dengan darah yang melekat kuat
Rakyat, yang menjadi penggerak membangun kehidupan
Kesetiaan menanam padi dan palawijaya walau tanah telah mengeras
Kesetiaan menyapa lautan dan hadirkan ikan-ikan terhidang di meja-meja
Merayapi hutan-hutan dan mengambil sesuai kebutuhan
Membangunkan mesin-mesin yang bekerja berirama
Rakyat adalah pembangkit
Tanpa rakyat Negara tak akan tegak
Maka betapa kecewa dan berusaha menyapa
Ketika engkau seenaknya saja membuat peta-peta
Membagi kue-kue diantara kalian tanpa mau tahu ada rakyat hidup di dalamnya
Lantas, mengapa kekerasan yang meraja sebagai jawabnya?
Rakyat adalah mesiu yang siap terbangkitkan
Pada batas-batas kesabaran yang terlampaui
Tunggulah saat ketika mereka bertindak
Menjadi gelombang yang
mampu meluluh-lantakkan kekuasaan kalianNamaku rakyat
Tiada pernah berkarat
Walau terus dibuat sekarat
Oleh engkau wahai para keparat
Yogyakarta, 17 Desember 2011
sumber : fiksi.kompasiana.com