Biografi Kuntowijoyo

Kuntowijoyo tidak hanya dikenal sebagai seorang sejarahwan, sastrawan, dan budayawan tapi juga seorang cendekiawan muslim yang banyak memberikan sumbangsih bagi dunia pemikiran Islam di Indonesia. Putra pasangan H. Abdul Wahid Sosroatmojo dan Hj. Warasti ini lahir di Sorobayan, Sanden, Bantul, Yogyakarta, pada 18 September 1943. Meski
lahir di Yogya, semasa hidupnya lebih banyak dilewati di Klaten dan Solo.. Ia mewarisi dua corak budaya yang berbeda, yakni Yogyakarta dan Surakarta. Kedua corak budaya inilah yang nantinya memberikan warna tersendiri dalam proses kreatif penulisan karya-karya Kuntowijoyo.1 Dari garis keturunan, ia termasuk golongan priyayi. Keluarga Kuntowijoyo juga terdiri dari orang-orang Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Masa kecil Kuntowijoyo adalah masa pergolakan, yaitu agresi Belanda tahun 1947 dan 1948. Tahun 1956, ia menamatkan Sekolah Rakyat (SR). Sejak kecil, ia aktif mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan, yaitu belajar agama ke surau yang dilakukan sehabis Dhuhur sepulang sekolah hingga selepas Ashar. Malamnya, sehabis Isya’, ia kembali ke surau untuk mengaji.
Saat menjalani kehidupan surau inilah, Kuntowijoyo mulai belajar menulis puisi, berdeklamasi dan mendongeng. Di surau ini pula secara kebetulan ia mengenal Muhammadiyah, kemudian memasuki kepanduan Hizbul Waton. Bakatnya dalam berdeklamasi, bermain drama, dan menulis puisi semakin berkembang ketika ia bergabung dalam organisasi Pelajar Islam Indonesia. Selain belajar mengaji dan deklamasi, Kuntowijoyo gemar menyimak siaran sastra di Radio Republik Indonesia (RRI) Surakarta. Pada siang hari, ia sering menyempatkan diri pergi ke kota kecamatan, memasuki gedung
perpustakaan dan melahap kisah-kisah Karl May. Ketertarikannya pada dunia bacaan bertambah ketika ia belajar di SMP. Karya-karya Nugroho Notosusanto, Sitor Situmorang dan karya-karya sastrawan lain ia lahap. Sejak SMP inilah dia mulai menulis cerita dan sinopsis dengan tulisan tangan. Tamat SMP (1959), ia pindah ke Solo dan sekolah SMA di sana. Saat SMA inilah ia mulai melahap karya-karya Charles Dickens dan Anton Chekov. Tamat SMA tahun 1962, ia masuk Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada (UGM) dan tamat S1 tahun 1969. Di masa mahasiswa, bakat tulis menulisnya semakin berkembang. Berbagai tulisannya, baik berupa puisi, cerpen, novel, essai, dan naskah drama, bertebaran di berbagai media massa, seperti majalah Sastra, Horison, Kompas, Republika, Bernas, dan lainnya.

Gelar MA ia peroleh tahun 1974 dari University of Connecticut, Amerika Serikat. Sedangkan Ph.D, diraih dari Columbia University tahun 1980 dengan disertasi berjudul Social Change In an Agrarian Society: Madura (1850-1940).

Karya-Karya Kuntowijoyo

Kuntowijoyo adalah sosok yang mumpuni. Sejumlah identitas dan julukan ia sandang. Antara lain sebagai emeritus (Guru Besar Ilmu Budaya) FIB UGM, sejarahwan, budayawan, sastrawan, penulis-kolumnis, intelektual muslim, aktivis, khatib, dan sebagainya.17 Karyanya lebih dari 50-an buku, antara lain:

a. Karya-karya di bidang Sejarah, Agama, Politik, Sosial, dan Budaya

1) Dinamika Sejarah Umat Islam (1985)
2) Budaya dan Masyarakat (1987)
3) Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi (1991)
4) Radikalisasi Petani (1994)
5) Demokrasi dan Budaya Birokrasi (1994)
6) Metodologi Sejarah (1994)
7) Pengantar Ilmu Sejarah (1997)
8) Identitas Politik Umat Islam (1997)
9) Muslim Tanpa Masjid: Esai-esai Agama, Budaya, dan Politik dalam
Bingkai Strukturalisme Transendental (2001)
10) Selamat Tinggal Mitos, Selamat Datang Realitas: Esai-esai Budaya
dan Politik (2002)
11) Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris: Madura 1850-1940
(2002)
12) Raja, Priyayi, dan Kawula: Surakarta 1900-1915 (2004)
13) Islam sebagai Ilmu: Epistemolo gi, Metodologi, dan Etika (2004)

b. Karya-karya di bidang sastra

1) Naskah Drama

a) Rumput-rumput Danau Bento (1966)
b) Tidak Ada Waktu bagi Nyonya Fatma, Barda dan Cartas (1972)
c) Topeng Kayu (1973)

2) Puisi

a) Isyarat (1976)
b) Suluk Awang-Uwung (1976)
c) Daun Makrifat, Makrifat Daun (1995)

3) Novel

a) Kereta Api yang Berangkat Pagi Hari (1966)
b) Pasar (1972)
c) Khotbah di Atas Bukit (1976)
d) Impian Amerika (1997)
e) Mantra Pejinak Ular (2000)
f) Wasripin dan Satinah (2003)

4) Cerpen

a) Dilarang Mencintai Bunga-bunga (1993)
b) Pistol Perdamaian (1995)
c) Laki-Laki yang Kawin dengan Peri (1996)
d) Anjing-anjing Menyerbu Kuburan (1997)
e) Mengusir Matahari: Fabel- fabel Politik (1999)
f) Hampir Sebuah Subversi (1995)


Penghargaan yang Diperoleh

  • Hadiah Pertama dari majalah Sastra (1968) dan Penghargaan Penulisan Sastra dari Pusat Pembinaan Bahasa (1994) untuk cerpen Dilarang Mencintai Bunga-bunga
  • Hadiah Harapan dari Badan Pembina Teater Nasional Indonesia (BPTNI) untuk naskah drama Rumput-rumput Danau Bento (1968)
  • Hadiah dari Dewan Kesenian Jakarta untuk naskah drama Tidak Ada Waktu bagi Nyonya Fatma, Barda, dan Cartas (1972), dan Topeng Kayu
  • (1973)
  • Hadiah dari Panitia Buku Internasional untuk novel Pasar (1972)
  • Secara berturut-turut pada tahun 1995, 1996, 1997, cerpen-cerpennya, yaitu Pistol Perdamaian, Laki-laki yang Kawin dengan Peri, dan Anjing-anjing Menyerbu Kuburan, meraih predikat sebagai cerpen terbaik Kompas
  • Penghargaan Sastra Indonesia dari Pemda DIY (1986)
  • Penghargaan Kebudayaan ICMI (1995)
  • Asean Award on Culture (1997)
  • Mizan Award (1998)
  • Kalyanakretya Utama untuk Teknologi Sastra dari Menteri Riset dan
  • Teknologi (1999)
  • SEA Write dari Pemerintah Thailand (1999)
  • Penghargaan Penulisan Sastra dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1999)


Category Article ,