Home > 142 Penyair Menuju Bulan > Tak Kubaca Isyarat Itu | Puisi Kepergianmu
Tak Kubaca Isyarat Itu | Puisi Kepergianmu
Tak Kubaca Isyarat Itu
Akhmad Muhaimin S.
kepergianmu betapa tiba-tiba, anakku
sungguh, tak kubaca isyarat itu
wajahmu masih saja berseri nan ayu
meski terbaring, dalam sakit seminggu
naik turun dari ruang picu dan tunggu
ayah dan ibu hanya bisa berdoa untukmu
eyang kakung dan putri mencintaimu
seluruh keluarga mengharap sembuhmu
tapi, pergimu betapa tiba-tiba, anakku
sungguh, tak kubaca isyarat itu
dua atau tiga malam menjelang ajalmu
wangi itu selalu saja di sekitar tubuhmu
sungguh, tak kubaca isyarat itu
wajahmu bahkan semakin berseri nan ayu
Yogyakarta, 2005
Category Article 142 Penyair Menuju Bulan