PutusFairy Monishabarangkali tak terfikir olehmu betapa ini penting bagiku…bisa saja kau tak menyampaikannyakarena bagimu sikapmu telah menjelaskan padakujauh melebihi kata-kata sakti itu..tapi bagiku…ini sangatlah penting!!maka dari itu,biar aku yang mengambil alih dan membuang rasa…so, goodbye…ku kembalikan rasa ini padamu…bukan karna aku tak membutuhkannya,namun sesuatu yang lebih besar menungguku diluar sana….then goodbye…setelah apa yang kita lewati,semua akan menjadi kenangan indah dalam kotak memoryku..meski tak dapat mencintaimu sesempurna mentari yang mencintai pagi,namun aku adalah wanita yang paling berbahagiaketika kau yang ku miliki membuatku merasa memiliki dunia…and i’m sorry goodbye…kukembalikan hatimu..ku tinggalkan kisah itu disini,bukan lantaran cinta ini habis untukmu,atau aku kehilangan cinta dalam diriku…ini hanya sebuah perjalanan saja,,kebetulan, kita saling singgah…jika kemudian melanjutkan perjalanan, apa salahnya???and finally…goodbye to you…the one that i loved..the most!!!!let’s break up!!!!29 September 2012sumber : fiksi.kompasiana.com
Puisi Putus Cinta | Puisi Remaja
Puisi Hadirmu Ceriakan Hariku | Puisi Kasih Ibu
Hadirmu Ceriakan HarikuLulu Vebriany AkbarSayang….Melahirkanmu adalah keajaibanMencintaimu adalah keharusanMenyayangimu adalah harga matiMemelukmu adalah keinginanku selaluMerawatmu adalah kebahagiaankuMembesarkanmu adalah keikhlasanMemilikimu adalah anugerah terindah untukkuMemarahimu menjadi penyesalankuMembentakmu bukti kebodohankuMemukulmu merupakan dosa besarkuMeninggalkanmu bekerja, berat bagikuInginnya aku menjadi Bunda SempurnamuTatap matamu menyejukkankuCelotehmu indahkan duniakuSenyumanmu menyejukkan hatikuTertawamu ceriakan harikuSayang..Bunda ingin menjadi Bunda yang baik untukmuYang tak ingin sedetikpun melewatkan perubahan pertumbuhanmuYang selalu memegang erat tanganmu menjelang tidur lelapmuYang selalu meminta pelukanmu disaat marahmuMemohonkan maafkuBunda sayangi kamu, Nak..Bunda kehabisan kata bahwa aku mencintaimuBunda harap,Kau pun mencintaiku hingga tutup usiaku28 September 2012sumber : fiksi.kompasiana.com
Puisi Siluet Emosi | Ratih Anggraeni
Siluet EmosiRatih AnggraeniRaga berbinar dalam amarahmembuncah mengeluarkan panas dan mendahagamerasuki setiap dinding bernama duniamerontah terpenjara dalam nyawamemperkecil denyut kebaikanmenusuk ribuan petir dalam tangisanmembarameraung dalam ruang bernama sepimenyalahkan deraian tawa manusiamemaki jiwa jiwa yang sunyimemenjarakan rasa terkunci emosiyaa…!!jelas sudahsiluet yang selama ini tertutup kabutsiluet yang selama ini terkungkung membatu dalam diammembuncahmarahkesalmemancarkan tatapan dalam setiap sudut waktuakhirnyakamu ungkap semua kebenarankamu umbar ke nistaandalam pekat nyawa sang durjanadalam rona wajah cantik jelitatersimpan nodasetitik nistaseonggok daging hitamterselungkur dalam jiwamudan tibalah saat pencerahan duniatak ada lagi yg mampu di tutupisemua tampak nyata dalam mataribuan hinaan yg terlempar berbalik arahmenghujam bumi muitu lah tanda siluet emosi yang kau tanamitu lah hasil siluet emosi yang kau rawat bertahun tahundi sukmatempat yg seharusnya bersemayam budi dan pekerti lembuthancur berkepingmenghilangkan rasa yang bernama cinta28 Agustus 2012sumber : fiksi.kompasiana.com
Puisi Tawuran Itu Mubazir | Puisi Tentang Tawuran
Tawuran Itu MubazirSylabrilyaneKenapa harus emosiKenapa harus saling cakar mencakarKenapa harus saling menghinaBukankah kita mahluk yang punya pikiranKadang aku sering merenungKenapa mereka” suka dengan kebrutalanApa perasaanya mereka telah matiBukankah semua masalah pasti adaTanda tanduk dan ujungnyaPasti bisa di selesaikan dengan kepala dinginMiris dengan anak muda sekarangMudahnya setan memasuki jiwa raganyaDengan gampangnya saling bunuh membunuhApa mereka bangga dengan membunuh saudara sendiriHai anak muda ini dunia fana yang hanya mampir sementaraBukan ajang perlombaan untuk menang dalam pertarunganTapi kita di dunia untuk mencari ilmu dan mengamalkan ilmuUntuk tabungan di akherat nantiAmal dan perbuatan baiklah yang nanti membantu mu di akheratKalian tahu tawuran itu mubazir dan tak ada artinya.26 September 2012sumber : fiksi.kompasiana.com
Puisi Nota untuk Umur 49 Tahun | Goenawan Mohamad
Nota untuk Umur 49 TahunPasir dalam gelas waktuMenghamburKe dalam plasmakuLalu di sana tersusun gurunDan mungkin oaseTempat terakhir burung-burung1990
Biografi Goenawan Mohamad
Goenawan Soesatyo Mohamad (Karangasem, Batang, Jawa Tengah, 29 Juli 1941) adalah seorang pujangga Indonesia yang terkemuka. Ia juga salah seorang pendiri Majalah Tempo.
Goenawan Mohamad adalah seorang intelektual yang punya wawasan yang begitu luas, mulai dari pemain sepakbola, politik, ekonomi, seni dan budaya, dunia perfilman dan musik, dan lain-lain. Pandangannya sangat liberal dan terbuka. Seperti kata Romo Magniz-Suseno, salah seorang koleganya, lawan utama Goenawan Mohamad adalah pemikiran monodimensional.
Masa Muda
Pendiri dan mantan Pemimpin Redaksi Majalah Berita Tempo ini, pada masa mudanya lebih dikenal sebagai seorang penyair. Ia ikut menandatangani Manifesto Kebudayaan 1964 yang mengakibatkannya dilarang menulis di berbagai media umum. Ia menulis sejak berusia 17 tahun, dan dua tahun kemudian menerjemahkan puisi penyair wanita Amerika, Emily Dickinson. Sejak di kelas 6 SD, ia mengaku menyenangi acara puisi siaran RRI. Kemudian kakaknya yang dokter, ketika itu berlangganan majalah Kisah, asuhan H.B Jassin. Goenawan yang biasanya dipanggil Goen, mempelajari psikologi di Universitas Indonesia, mempelajari ilmu politik di Belgia, dan menjadi Nieman Fellow di Harvard University, Amerika Serikat. Goenawan menikah dengan Widarti Djajadisastra dan memiliki dua anak.
Dunia Jurnalistik
Pada 1971, Goenawan bersama rekan-rekannya mendirikan majalah Mingguan Tempo, sebuah majalah yang mengusung karakter jurnalisme majalah Time. Disana ia banyak menulis kolom tentang agenda-agenda politik di Indonesia. Jiwa kritisnya membawanya untuk mengkritik rezim Soeharto yang pada waktu itu menekan pertumbuhan demokrasi di Indonesia. Tempo dianggap sebagai oposisi yang merugikan kepentingan pemerintah sehingga dihentikan penerbitannya pada 1994. Goenawan Mohammad kemudian mendirikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI), asosiasi jurnalis independen pertama di Indonesia. Ia juga turut mendirikan Institusi Studi Arus Informasi (ISAI) yang bekerja mendokumentasikan kekerasan terhadap dunia pers Indonesia. Ketika Majalah Tempo kembali terbit setelah Soeharto diturunkan pada tahun 1998, berbagai perubahan dilakukan seperti perubahan jumlah halaman namun tetap mempertahankan mutunya. Tidak lama kemudian, Tempo memperluas usahanya dengan menerbitkan surat kabar harian bernama Koran Tempo. Setelah terbit beberapa tahun, Koran Tempo menuai masalah. Pertengahan bulan Mei 2004, Pengadilan Negeri Jakarta Timur menghukum Goenawan Mohammad dan Koran Tempo untuk meminta maaf kepada Tommy Winata. Pernyataan Goenawan Mohammad pada tanggal 12-13 Maret 2003 dinilai telah melakukan pencemaran nama baik bos Artha Graha itu.
Karya Sastra
Selama kurang lebih 30 tahun menekuni dunia pers, Goenawan menghasilkan berbagai karya yang sudah diterbitkan, diantaranya kumpulan puisi dalam Parikesit (1969) dan Interlude (1971), yang diterjemahkan ke bahasa Belanda, Inggris, Jepang, dan Prancis. Sebagian eseinya terhimpun dalam Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972), Seks, Sastra, dan Kita (1980). Tetapi lebih dari itu, tulisannya yang paling terkenal dan populer adalah Catatan Pinggir, sebuah artikel pendek yang dimuat secara mingguan di halaman paling belakang dari Majalah Tempo. Konsep dari Catatan Pinggir adalah sekedar sebagai sebuah komentar ataupun kritik terhadap batang tubuh yang utama. Artinya, Catatan Pinggir mengambil posisi di tepi, bukan posisi sentral. Sejak kemunculannya di akhir tahun 1970-an, Catatan Pinggir telah menjadi ekspresi oposisi terhadap pemikiran yang picik, fanatik, dan kolot.
Goenawan Mohamad juga punya andil dalam pendirian Jaringan Islam Liberal.(sumber wikipedia.com)
Goenawan Mohamad adalah seorang intelektual yang punya wawasan yang begitu luas, mulai dari pemain sepakbola, politik, ekonomi, seni dan budaya, dunia perfilman dan musik, dan lain-lain. Pandangannya sangat liberal dan terbuka. Seperti kata Romo Magniz-Suseno, salah seorang koleganya, lawan utama Goenawan Mohamad adalah pemikiran monodimensional.
Masa Muda
Pendiri dan mantan Pemimpin Redaksi Majalah Berita Tempo ini, pada masa mudanya lebih dikenal sebagai seorang penyair. Ia ikut menandatangani Manifesto Kebudayaan 1964 yang mengakibatkannya dilarang menulis di berbagai media umum. Ia menulis sejak berusia 17 tahun, dan dua tahun kemudian menerjemahkan puisi penyair wanita Amerika, Emily Dickinson. Sejak di kelas 6 SD, ia mengaku menyenangi acara puisi siaran RRI. Kemudian kakaknya yang dokter, ketika itu berlangganan majalah Kisah, asuhan H.B Jassin. Goenawan yang biasanya dipanggil Goen, mempelajari psikologi di Universitas Indonesia, mempelajari ilmu politik di Belgia, dan menjadi Nieman Fellow di Harvard University, Amerika Serikat. Goenawan menikah dengan Widarti Djajadisastra dan memiliki dua anak.
Dunia Jurnalistik
Pada 1971, Goenawan bersama rekan-rekannya mendirikan majalah Mingguan Tempo, sebuah majalah yang mengusung karakter jurnalisme majalah Time. Disana ia banyak menulis kolom tentang agenda-agenda politik di Indonesia. Jiwa kritisnya membawanya untuk mengkritik rezim Soeharto yang pada waktu itu menekan pertumbuhan demokrasi di Indonesia. Tempo dianggap sebagai oposisi yang merugikan kepentingan pemerintah sehingga dihentikan penerbitannya pada 1994. Goenawan Mohammad kemudian mendirikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI), asosiasi jurnalis independen pertama di Indonesia. Ia juga turut mendirikan Institusi Studi Arus Informasi (ISAI) yang bekerja mendokumentasikan kekerasan terhadap dunia pers Indonesia. Ketika Majalah Tempo kembali terbit setelah Soeharto diturunkan pada tahun 1998, berbagai perubahan dilakukan seperti perubahan jumlah halaman namun tetap mempertahankan mutunya. Tidak lama kemudian, Tempo memperluas usahanya dengan menerbitkan surat kabar harian bernama Koran Tempo. Setelah terbit beberapa tahun, Koran Tempo menuai masalah. Pertengahan bulan Mei 2004, Pengadilan Negeri Jakarta Timur menghukum Goenawan Mohammad dan Koran Tempo untuk meminta maaf kepada Tommy Winata. Pernyataan Goenawan Mohammad pada tanggal 12-13 Maret 2003 dinilai telah melakukan pencemaran nama baik bos Artha Graha itu.
Karya Sastra
Selama kurang lebih 30 tahun menekuni dunia pers, Goenawan menghasilkan berbagai karya yang sudah diterbitkan, diantaranya kumpulan puisi dalam Parikesit (1969) dan Interlude (1971), yang diterjemahkan ke bahasa Belanda, Inggris, Jepang, dan Prancis. Sebagian eseinya terhimpun dalam Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972), Seks, Sastra, dan Kita (1980). Tetapi lebih dari itu, tulisannya yang paling terkenal dan populer adalah Catatan Pinggir, sebuah artikel pendek yang dimuat secara mingguan di halaman paling belakang dari Majalah Tempo. Konsep dari Catatan Pinggir adalah sekedar sebagai sebuah komentar ataupun kritik terhadap batang tubuh yang utama. Artinya, Catatan Pinggir mengambil posisi di tepi, bukan posisi sentral. Sejak kemunculannya di akhir tahun 1970-an, Catatan Pinggir telah menjadi ekspresi oposisi terhadap pemikiran yang picik, fanatik, dan kolot.
Goenawan Mohamad juga punya andil dalam pendirian Jaringan Islam Liberal.(sumber wikipedia.com)
Puisi Ketika Shiyam-mu Menangis Pilu di Pintu Syurga
Ketika Shiyam-mu Menangis Pilu di Pintu SyurgaGunawan Wibisono(1)Ketika muazin maghrib membuka pintu-pintu berbuka.Para setan bergegas menghadap kehadirat Allah SWT.Mereka menghiba mengajukan permohonan bebas bersyarat.Mohon diperkenankan “cukup satu jam saja” turun ke dunia.“Menggoda orang beriman yang tengah berbuka puasa”.(2)Lalu, apa yang terjadi ?Para setan berdesakan memenuhi gelas-gelas berisi es dan cendol.Para setan berdesakan memenuhi hidangan hangat di ruang nafsumu.Lalu …“Para setan tertawa terbahak-bahak menyaksikan gembulnya perutmu”.(3)Kalau begitu yang terjadi …Terfikirkan-kah olehmu.Untuk apa engkau bersusah-payah berpuasa di bulan ramadhan ?Engkau hanya memperoleh ganjaran lapar dan dahaga.Dan balas dendam sepuasnya selepas berbuka.Tahukah engkau bahwa sesungguhnya ..Semua itu adalah ”siksa neraka” yang nyata ?(4)Satu jam berlalu begitu cepat.“Panggilan shalat isya dan tarawih-pun” berkumandang.Para setan tunduk-patuh pada perjanjiannya dengan Tuhan.Mereka kembali dirantai dengan panasnya gelegak api neraka.“Namun tertawa terbahak-bahak penuh kemenangan”29 Juli 2012sumber : fiksi.kompasiana.com
Puisi Aneh | Rohmat Shodiqin
Puisi AnehRohmat Shodiqinaku itu.. ( gak nyambung..)lalu waktu tak dapat kugenggam (lagi)meski sesal begitu mendesakmeski raut penuh aib bla,bla,bla..(ah) aku mana punya malu..meski malu.. kujual juga mukakulagi malu tak ada obatnyakenangan adalah masa lalulalu lalang pikiranku menderu derukembali kembali lagi ke masa itumencari titik temu tak kunjung ketemulagi aku mana mau mengulang kisah pilumeski pilu.. kujual juga cerita itulagi pilu ku sendiri yang deritaaku itu hanya dua sajasalah dan lupa, tak sulit tuk diterkalupa waktu lupa anu, salah ini salah itulagi aku suka sekali begitualasan tak ada alasan,apapun itu,lupa ya lupa, salah ya salahlah sudahmeski lupa waktu karena anu , salah anu karena waktu itu.., kuulang dan ulang lagilagi dosa ku sendiri yang tanggung nanti (harrrgghhhh)kubilang aku ya akuentah aku itu manusia,mungkin juga hantulagi hantu ada dan tiada (kata mereka)aku manusia ada di dunia yang nyata kasat matameski mengaku ngaku bukan hantunyatanya aku merasa hanya bergentayangan sajamembuat repot penghuni bumi lainnyalagi aku memang tak seelok dahululupa itu, salah itu, malu itu..bagian dari hidupku sebagai seorang manusia (lugu)08 Agustus 2012
Guru SDIT Raudhatul Muttaqin Pendidikan terakhir S1 UNJsumber : fiksi.kompasiana.com
Puisi Untuk Jokowi | Segenggam Puisi untuk Jokowi
Segenggam Puisi untuk JokowiGunawan Wibisono(1)Seandainya nanti engkau jadi memimpin DKITolong rangkul bang Foke menjadi tim ahliLupakan silang-sengketa memburu tahtaAyo bersama membangun Jakarta(2)Seandainya nanti engkau jadi memimpin DKITolong bangun rumah layak huniBagi penduduk miskin ibukotaAgar Betawi kian tertata(3)Seandainya nanti engkau jadi memimpin DKITolong rapikan bantaran kaliAgar airnya mengalir jernihAgar ikan-ikan berenang dengan riang(4)Seandainya nanti engkau jadi memimpin DKITolong lupakan tahta berikutnyaJangan sibuk menumpuk hartaJangan terlena goda wanita(5)Seandainya nanti engkau jadi memimpin DKITertibkanlah kesemrawutan transportasi kotaSeperti dahulu engkau menaiki kopajaJakarta butuh perubahan dan Jakarta adalah : Jokowi02 September 2012sumber : fiksi.kompasiana.com
Puisi Lucu yang Terbingkai | Christ Wiyama
Lucu yang Terbingkai
Christ Wiyama
Kamu lucu..
saat sedang mengantuk
bibirmu melebar dan mulutmu ternganga
terkadang air liurmu pun terlihat
tapi aku tak pernah memberitahukannya padamu
Kamu lucu…
saat ingin memberi hadiah kejutan
matamu begitu terang bersinar
ada kebahagiaan yang berusaha disembunyikan
tetap saja gerak tubuhmu menari tak bisa diam
dan aku yang sudah hafal tentang semua itu
sengaja kaget seperti orang yang tak tahu ada kejutan
agar kamu senang usahamu berhasil tak sia-sia
Kamu lucu…
saat merasa bersalah atas kelakuanmu
kamu membelikan aku makanan kesukaanku
melayani aku dengan nyanyian cinta yang kita suka
dan memaksaku memainkan gitar tua agar suasana berbeda
lalu saat hatiku sudah nyaman dengan semua yang kamu lakukan
baru kamu mengakukan kesalahan yang telah kamu buat
tentu saja aku tak bisa marah di saat sedang senang seperti itu
Kamu lucu…
saat kamu telah tiada di sisiku
kembali pada alam abadi yang pernah kita diskusikan
wajah makam tempatmu berbaring pun masih terlihat lucu
aura kelucuan yang selalu kamu tampilkan saat kehidupan ada
masih terasa begitu kuat dengan kenangan wajah-wajah keluguan
kamu lucu…
dan akan kukisahkan kelucuanmu
pada dunia yang tak pernah tertawa bahagia
dalam sebuah syair yang akan terbawa angin
yang akan mereka ingat dalam kehidupan sementara ini
tentang wajah kehidupanmu
wajah lucu yang terbingkai kenangan kita
06 September 2012
sumber : fiksi.kompasiana.com
Puisi Anak SMP Tentang Koruptor | Septa Fariza
Koruptor
Septa Fariza M
Koruptor . . .
Kau sangat menyengsarakan
Kau membiarkan rakyat menderita
Kau membiarkan rakyat terlantar
Koruptor . . .
Apakah kau tidak menyadari ?
Perbuatanmu merugikan orang lain
Juga merugikan dirimu sendiri
Koruptor . . .
Kau adalah bedebah
Kau adalah sampah masyarakat
Kau adalah tikus yang memakan uang rakyat
Koruptor
Apakah kau akan terus begini
Menjalani hidup seperti ini
Tidak memikirkan orang lain
Koruptor
Semoga kau sadar
Atas perbuatanmu sendiri
Semoga, di negeriku ini
Tak ada koruptor lagi
23 Desember 2010
(Septa Fariza - SMP Negeri 2 Semarang)
Puisi Anak Kecil | Elnino Gorontalo
Puisi Anak Kecil
Elnino Gorontalo
Wahai orang-orang dewasa
Biarkan hari ini kami bicara padamu
Kami hanya anak balita
Baru saja 1,2,3,4,5 tahun hadir di dunia
Tapi juga nanti kami seperti kamu, 30-40-50 tahun lagi
Kau, orang dewasa, selalu menyuruh ini-itu atas kami.
Tapi hari ini…hari ini kami ingin bicara padamu.
Kau, orang dewasa, selalu paksa kami untuk jujur
Kau sendiri terbiasa bohong sama temanmu
Kau, orang dewasa, takut-takuti kami dengan kebesaran Tuhan
Kau sendiri berani melawan perintah-Nya
Kau, orang dewasa, ajari kami supaya tak ambil punya orang
Eh…kau korupsi
Kau suruh kami rajin membaca
Tak satu pun buku ada di mejamu
Engkau paksa kami rajin belajar
Kau sendiri selalu hanya mengajar
Kau paksa kami terus mendengar
Kau sendiri hanya bisa bicara.
Sungguh, hari ini kami ingin bicara padamu, wahai orang-orang dewasa!
Jangan sakiti hati orang, katamu
Jangan ingkar janji, katamu
Meminta-minta itu tidak boleh, katamu
Jangan terlalu banyak mengeluh, katamu
Jangan begini, jangan begitu…
Semua itu kau yang melakukannya, bukan kami!
Lihatlah dirimu sendiri, wahai orang-orang dewasa
Engkau suka memaki, menyakiti hati orang
Kepada orang banyak engkau berjanji bikin ini bikin itu, lalu kau ingkari
Kau meminta uang, minta beras, minta pulsa kepada orang yang akan kau pilih jadi wakilmu
Kau selalu merasa miskin dan rajin berkata “Uh….pusing”.
Hari ini, kami sungguh ingin bicara padamu!
Never tell us what to do, just show it!
Sebab, kau tahu, kami akan mewarisi semua perilakumu.
13 Februari 2010
sumber : fiksi.kompasiana.com
Puisi Masa SMA Telah Berlalu | Puisi Kenangan SMA
Masa SMA Tlah Berlalu
Winda Anggraeni
3 tahun, 36 bulan,
144 minggu, 1008 hari,
rasanya belum puas aku menikmati hari dengan kalian
tak ada yang tak membekas saat-saat kita bersama
semua teramat mengenang
apakah kalian masih ingat ?
kita pernah tertawa bersama
kita pernah saling berbagi
kita pernah saling menyayangi
kita pernah membela ketika ‘salah’ menghampiri diantara kita
semua terekam dalam pribadi masing-masing
banyak hal yang kita lakukan pada masa itu
jungkir balik persahabatan bahkan percintaan
saat guru marah,
telat ke sekolah,
telat upacara,
setrap guru,
cabut sekolah,
suasana kelas seperti pasar,
bernarsis ria bareng temen-temen,
kisah romantis,
cinta lokasi,
ataupun di khianati pacar.
awal perkenalan yang indah
berlanjut kedalam sebuah persahabatan yang mendominasikan cerita cinta
terasa begitu indah
saat ujian demi ujian bermunculan
tetap berusaha memberikan yang terbaik
segala konflik persahabatan bermunculan
inilah arti persahabatan sedang diuji
sahabat sejati takkan pernah mati
ujian demi ujian kita lalui bersama
kita atasi dengan berbagi
walaupun berbeda tapi kita tetap satu
yaa.. satu
satu tujuan yaitu LULUS
sebuah pilihan yang indah berakhir dengan perpisahan
semua begitu nyata saat kelulusan itu
seperti membelah 2 dunia
memisahkan kita
mengakhiri cerita kita disekolah tercinta itu
menutup lembaran terakhir buku kenangan itu
kini hanya menjadi kenangan manis
terukir berjuta-juta kenangan di dinding sekolah
tiap sudut memiliki cerita
gerbang yang dulu slalu menyapa selamat datang dikala pagi
pulang sambil bermain
sapa dan canda tawa teman berseragam takkan terdengar lagi
10 Februari 2012
sumber : fiksi.kompasiana.com
Puisi Saat Matahari Bersinar | Puri Areta
Saat Matahari Bersinar
Puri Areta
Pagi yang sunyi
Hari ini aku terbangun
Aku sujud
Mensyukuri…hembusan nafasku masih menyatu
Dalam ragawi yang fana
Di ufuk timur,
Aku dapat melihat lagi
Sang raja siang bersinar megah
Tahukah kau…
Aku tiada bisa berhenti mengagumi matahari
Panas yang terpancar menyentuh bumi
Semarakan kehidupan
Tanpa matahari
Dunia beku
Hanya salju tebal yang merajai
Tak ada kehidupan
Aku mengagumi matahari
Karena matahari adalah bukti
Betapa hebatnya Tuhan
Tiada yang dapat menandingi Tuhan
Dari balik tirai jendela…
Saat cahaya matahari menyentuh helai dedaunan
Aku lihat…
Sebuah lukisan alam nan indah
08 September 2012
sumber : fiksi.kompasiana.com