Puisi Pendidikan Anak | Andai Aku Rajin Belajar



Andai Aku Rajin Belajar
Rusdi Ngarpan Suryapati

Aku akan jadi orang pintar
Begitu kata orang-orang terpelajar
Aku akan jadi guru bermutu
Itu kata orang-orang di sekelilingku
Aku akan jadi pengarang lagu merdu
Kata ibuku yang selalu menyanyi untukku

Andai aku rajin belajar….
Aku tidak akan jadi orang bodoh
Tak tahu apa itu benar atau salah
Tak mengerti serius atau hanya seloroh
Aku tidak akan jadi pemungut sampah
Tak dimaki orang dengan sumpah serapah
Tak dihina anak-anak karena lusuh
Dikira maling barang rongsokan, sedih

Andai aku rajin belajar….
Aku akan jadi penulis tenar
Tak seperti air masuk mulut lalu keluar
Aku akan jadi pohon jati kekar
Tak seperti pohon pisang
Sekali berarti setelah itu mati
Tak berguna sama sekali bagai mimpi

Andai aku rajin belajar….
Aku tak akan tinggal kelas
Aku tak akan bodoh terus-menerus
Aku tak akan kena marah dari guru
Aku tak akan dapat nilai merah
Entah apa lagi yang kudapat

Andai aku rajin belajar….
Aku akan jadi siswa pintar
Aku kaan jadi mahasiswa terpelajar
Aku akan jadi pemimpin negara besar
Aku akan jadi pemersatu negeri, bersinar

Sayang, aku hanya berandai-andai
Sementara aku tetap malas belajar
Tak mau buka buku agar pintar
Tak mau membuka mata demi cita
Orang pun terlanjaur percaya

Aku hanya orang-orang bodoh
Tak tahu apa itu belajar
Tak tahu apa itu pintar
Tak mengerti apa itu terpelajar
Aku sudah tak tahu apa itu….
Belajar
Andai dulu aku rajin belajar

mantingantengah-jakenan-pati, 5 Agustus 2010

Puisi Aku Begitu Yakin Dia Tidak Tidur | El Hida

Aku Begitu Yakin Dia Tidak Tidur
El Hida

Menenggelamkan wajah pada lautan Maha Penggenggam samudera
Aku begitu yakin pada ud’uunii astajiblakum yang Engkau sabda
Maka aku tidak akan henti memohonkan segala ingin sukma

Laa yukallifulloohu nafsan illaa wus’ahaa aku terabas saat terasa duka
Aku begitu yakin pada guratan takdir di lauhilmahfudz-Nya
Nyata dan tak mungkin salah menimpa setiap raga

Setiap nafas yang aku hela dan detakkan jantung yang aku merasakannya
Aku begitu yakin pada Engkau Yang Atas Segala Sesuatu Kuasa
Tidak pernah tidur dan mustahil lupa

Aku terjatuh ke dalam luka lalu bangkit dari kuburan duka
Aku begitu yakin keterbaikan yang dianugerahkan-Nya
Sehingga hikmah didapat dari musibah dan coba

21012
www.kompasiana.com/el_hida

Puisi Nenek Tua Balada Kota | Boni Syams


Nenek Tua Balada Kota
Boni Syams

Kala itu di siang hari yang terik;
Panas mentari merajam bahu bumi
Merintih ubun-ubun terpanggang
Lepuh keringat pejalan kaki terkuras
Lantas gegas di trotoar jalan…

Terlihat seorang nenek tua renta terduduk kuyuh
Dengan bingkisan plastik yang entah berisi apa
Melepaskan tatapan kosong di teras kota
Sedang lelah mengulur nafas sejenak;
Rautnya yang mengurat sepat

Menumpuk segenap peristiwa di batavia
Dia saksi sebelum belantara kota
Legam kulitnya membungkus belulang
Sekerat mengkerut, ruas-ruas tergurat

Garis-garis tahun didahi,
Tahun tahun kepahitan,
Mengecap peluh penindasan,
Yang berlalu di masa lalu;

Hai nenek tua…”
Engkau Berdiri di atas kedua kaki yang rapuh,
Apalah daya di atas kaki yang rapuh
Langkahpun payah hendak runtuh

Dimanapun letih merangkul, di situlah kau bersandar
Di antara derap langkah langkah gagah
Peduli tak peduli culas;
Engkau tak pernah menghiba belas

Gemetar lengannya haram meminta minta
Kebaya usang yang senantiasa melekat
Kain batik lusuh kawan langkah
Bertahan menembus peradaban

Dia generasi kartini yang tersisih
Tetap setia pada amanat ibu pertiwi

29 Oktober 2012
www.kompasiana.com/setiatanpakata

Puisi Tragedi Kejujuran Tanpa Kemunafikan | Handoyo El Jeffry



Tragedi Kejujuran Tanpa Kemunafikan
Handoyo El Jeffry

sekian lama gonjang-ganjing menerpa KPK
barisan anti korupsi dan barisan pro korupsi terjebak sengketa
secercah harapan terbuka
presiden pun berpidato dalam panca-sabda
baku bunuh KPK-Polri perlu jeda walau sementara

pidato presiden menghembuskan angin segar bagi KPK
geriap kemenangan aspirasi rakyat jelata
momentum kebangkitan moril bersama
api spirit pemberantasan korupsi kembali menyala

buah tuah panca-sabda raja diraja
tanda bintang dicabut, Komisi III DPR merestui gedung baru KPK

jangan terburu bernafas lega, apalagi ber-euforia
kemenangan ini hanya sementara
sebagaimana pergulatan kegelapan dan cahaya
kekuatan jahat ekstra kuat barisan pro korupsi masih tetap berbahaya
ruh setan tetap menjadi ganjalan dan hambatan
nyala api spirit anti korupsi sewaktu-waktu bisa dipadamkan

coba dengarlah kata Wakapolri
mana mudah memberantas korupsi
jika gaji aparat tak memadai
gratifikasi, pungli, proyek sana-sini, tambahan kanan kiri
naluri dasar manusia pekerja pegawai negeri
lumrah dan manusiawi
menjadi pembenaran dan pembelaan berkorupsi

realitas tak terbantahkan
jabatan sebagai kesempatan dalam kekuasaan
mental budak-kuli-pekerja mayoritas aparat-pejabat-birokrat
bukan abdi negara, pengayom atau pelayan masyarakat

Wakapolri mungkin lupa
kerakusan dan ketamakan diri
adalah akar tunggang filosofi korupsi
bukan soal besar-kecilnya gaji

kejujuran tanpa kemunafikan
semakin kaya semakin dahaga akan harta
semakin berkuasa semakin lapar akan dunia

kejujuran tanpa kemunafikan
korupsi mesti dilanggengkan di negeri ini
sampai kiamat, tak ada polisi steril dari virus korupsi
karena polisi bukan robocop atau malaikat suci
lumrah dan manusiawi

bila polisi tergoda korup
bagaimana dengan manusia biasa?

bila pagar hukum terpaksa korup
bagaimana dengan tanamannya?

bila presiden boleh korup
bagaimana dengan warga negara?

bila pemimpin bisa korup
bagaimana dengan rakyat jelata?

kejujuran tanpa kemunafikan
kesesatan pikiran dan ucapan
sang presiden pun pernah sama melontarkan
“demokrat bukan yang terkorup, tapi seluruh parpol memang korup”

parpol-parpol korup pun diberitakan
delapan tahun pemerintahan
seratus tujuh puluh enam persetujuan penyelidikan
pejabat-pejabat korupsi dibeberkan

kejujuran tanpa kemunafikan
Wakapolri dan Presiden menjadi saksi
kacabenggala kejujuran negeri atas sebuah tragedi
kejahatan luar biasa bernama korupsi

Comal, 13 Oktober 2012
El Jeffry

Salam…

(puitisasi dari artikel: Ambivalensi Wakapolri dan Spirit- Anti Korupsi)
sumber : www.kompasiana.com/achazia.com

Puisi Segenggam Rindu Untukmu | Kemuning Arsyad



Segenggam Rindu Untukmu
Kemuning Arsyad

Kala rindu ini menghentak relung kalbu
Kubisikan namamu penuh perasaan
Kuberitahu kau , aku kangen say….
Usaplah kerinduanku dengan caramu
Lesapkan lara hati yang menderaku

Gejolak dalam dada makin membuncah
Katakan padaku, bagaimana cara menetralkan rasa ini?

Hampir tak sanggup kujalani garis takdirku
Kuteruskan lajunya kehendak hati, itu tak kan berujung
Mundur pun taklah sanggup lara hati kutanggung
Kutanyakan pada hatiku, apa yang harus kulakukan?
Kedua pilihan yang sama pahitnya
Aku tak sanggup memilih satu di antaranya

Dua jendela hati terbuka sudah
Bukan mauku, juga bukan kehendakmu
Dia datang menerobos hati kita tanpa permisi
Tanpa sanggup kucegah, pun tak dapat kutolak
Mengenalmu memang mauku
Tapi jatuh cinta padamu, di luar kehendakku

Bagaimana sanggup kujalani hariku tanpamu?
Kau hadir disetiap tarikan nafasku
Bagai bayang-bayang, kau selalu mengikutiku
Anganku menggapai mimpi di setiap ruang imajinasi
Segenggam kerinduan kusimpan untukmu
Siap kulepas jika saatnya tiba

Aku tak sanggup sayang, temani aku sampai akhir hayatku
Denganmu, kutemukan kesempurnaan
Bersamamu, serasa lengkap arti hidupku
Izinkanlah aku mencintaimu dengan caraku
Biarkan aku menikmati rasa syahdu mengisi ruang hati
Aku tak berdaya menolak rasa ini
Rengkuhlah aku dalam pelukmu
Kumau bersamamu, selamanya!

22 Oktober 2012

http://www.kompasiana.com/kemuningarsyad

Puisi Aku Gelisah | Rendy Purnama



Aku Gelisah

Hari ini...,
adalah puncak semua kegelisahan
puncak dari semua masalah
yang selalu mendera

Hari ini....
tuntutan kian beruntun menghujam
menajam bagai silet mengiris
perih...hanya kata itu yang terucap.

Dan Hari ini....
kulihat siang bagai malam
kulihat dedaunan hijau bagai kering
kulihat matahari tanpa sinar indahnya

kadang ingin kuteriakan pada dunia
bahwa aku bisa melewatinya
bahwa aku bisa mencari solusinya
tapi semua itu tak terucap..diam dan hening

Biarlah semua berjalan dengan sendirinya
itu yang kadang terlintas
itu yang kadang tersirat
itu yang kadang terbisik

Hari ini....dan hari ini
tapi jangan sampai terpisah
antara jiwa dan ragaku

biarlah terus kusongsong hidup
dengan sisa semangat yang kian meredup
seperti pelita dalam kegelapan
yang menerangi hati yang sedang resah.

Jakarta, 19 Oktober 2012


Puisi Berbagi Cinta di Idul Adha | Arlina Fajri



Berbagi Cinta di Idul Adha
Arlina Fajri

Menelusuri jejak Rasululullah Ibrahim
Tentang keikhlasan berqurban

Kala titah sang Tuhan untuk menyembelih sang putra Ismail
yang sangat di sayanginya
Lewat takwil mimpi yang berulang

Rasul Ibrahim yakin itu perintah Tuhan
yang di dalamnya ada sebuah pelajaran
Kitapun belajar pada sang Rasul Ibrahim sang Bapak para Anbiya
Tentang belajar takwa kepada Tuhan

Berbagi memberi apa yang kita miliki
Harta yang paling kita cintai
Agar bisa merasa ke indahan berkurban

Yang dibalut dengan ketulusan

06 November 2011

sumber : fiksi.kompasiana.com

Puisi Cinta (Luar) Biasa | Sucinya Sebuah Makna Cinta



Cinta (Luar) Biasa

Aku tidak melarangmu menikah lagi
Aku juga tidak akan mengikat kebebasan jiwamu
Sejujurnya aku cemburu
Cemburu padamu,
Begitu sayangnya Tuhan padamu
hingga ia memberikan segala kebutuhanmu
lahir dan bathin…

Engkau mencintaiku
Aku mencintaimu
Perempuan itu mencintaimu
Tidak lagi penting bagiku
Apakah kau memilihnya
Atau memilihku
Aku melihat Tuhan telah memilihkannya untukmu
Bagaimana aku mampu menghentikan kehendakNya ?

Telah menyempurnakan melalui semestaNya
Untuk membuatmu menemukannya
Tidak ada kekuatanku untuk melawanNya
Cintaku ini begitu naif
Ingin mengikatmu
Untuk hanya dipelukanku saja

Lalu bagaimana dengan iman yang bersarang dalam nuraniku?
Ia berteriak
Menjerit sekerasnya…
Membawakan cermin besar
Betapa beruntungnya aku
dengan segala kesempurnaan fisikku,
dengan segala kebahagiaan yang telah dititipkanNya padaku,

cermin itu berteriak… !
memaksaku,
Melihat dengan hati
Segala keterbatasan dia,
dia-perempuan yang telah dipilihkanNya
untukmu…

Suamiku,
Aku memahami…
Kau menemukan kepingan puzzle hidupmu
Dalam dirinya
Diapun menemukan kesempurnaannya dalam dirimu
Aku tidak lagi mampu melengkapimu
Hanya dengan bekal cinta sederhana ini…

Yang aku tahu,
Ada kehidupan abadi setelah ini
Di mana aku akan menemukan sejatinya cinta…
Biarlah aku mengejar keabadianku
Dengan mendermakan baktiku
Demi kebahagiaan dunia akhiratmu…

Aku tidak tahu
Ini musibah
Atau justru nikmat
Yang dianugerahkanNya
Untukku
Aku hanya berprasangka baik
Demi menjaga kesehatan lahir bathinku

________________________

Panji membaca puisi ini, di sebuah blog ketika iseng mengetikkan kata “menikah lagi”, ia tidak mengenal penulisnya, dari waktu postingnya diketahui puisi ini dituliskan sepuluh tahun yang lalu, tanggal postingnya sama persis dengan tanggal di mana ia menikah dengan Maharani. Puisi ini jelas ditujukan untuk suami tercinta si penulisnya. Panji tidak tahu mengapa air matanya perlahan menggenang setelah membaca puisi ini. Iapun kemudian mengetikkan sebuah sms yang ditujukan kepada istrinya di rumah,

“ Bunda, Ayah mencintaimu karena Allah…“

Send.
_______

Note:
Puisi ini pesanan seorang sahabat, semoga mewakili perasaan hatimu :)
terimakasih sudah memberiku banyak sekali pelajaran berharga tentang sucinya sebuah makna cinta,

salam sayang… :-*

sumber : www.kompasiana.com/nuranice


Puisi Tidur Yang Nyenyak Mbah…. | Fachrudin Alfian



Tidur Yang Nyenyak Mbah….
Fachrudin Alfian

Mbah,kau sekarang mungkin sudah tidur nyenyak
Berbantal tanah, berselimut keheningan…
Kupingmu tidak akan bising mendengar ocehan-ocehan cucumu,
bisik-bisik tetanggamu yang semakin membuatmu terkapar di ranjang penantianmu…

Sekarang kupingmu hanya mendengar melodi irama surga,
dan mendengar palu-palu neraka yang saling bergesekan dengan kulit para penghuninya…
Tapi aku tak berharap palu-palu itu selalu  menyodok gendang telingamu,
aku berharap irama-irama surgawi mengalun lepas menemani kesendirianmu…

Kepalamu mungkin tidak akan pusing lagi,
memikirkan anakmu yang dompetnya semakin tipis di gerus oleh waktu
Kau juga tidak pusing,ketika ingat anakmu yang satu itu,
ya, anakmu yang suka memalingkan wajah egonya saat melihat wajahmu…

Sekarang rasa pusing itu sudah di ganti dengan rasa pengharapan,
Pengharapan untuk para penerusmu di muka bumi,
agar mereka tak selalu memamerkan gigi-gigi keangkuhannya…
Tapi selalu memamerkan senyum kebersamaannya…

Mbah, maaf aku tak bisa mengawal kepergianmu pada waktu itu…
Jarak dan waktu yang membuat kaki ini sulit melangkah menghampirimu…
Mungkin pesan yang ku kirim lewat doa-doaku,
bisa menjadi angin sejuk menemani hari-harimu disana….

Semoga saja…

AMIIN…!!

Jogja,16 oktober 2012
Sehari setelah kakekku wafat…

sumber : fiksi.kompasiana.com

Puisi Ulang Tahun | Joko Pinurbo



Ulang Tahun
Joko Pinurbo

Hari ini saya ulang tahun. Usia saya genap 50.
Saya duduk membaca di bawah jendela,
matahari sedang mekar berbunga.
Seorang bocah muncul tiba-tiba,
memetik kembang uban di kepala saya.

Ya, hari ini saya ulang tahun ke-50.
Tahun besok saya akan ulang tahun ke-49.
Tahun lusa saya akan ulang tahun ke-48.
Sekian tahun lagi usia saya akan genap 17.
Kemudian saya akan mencapai usia 9 tahun.

Pada hari ulang tahun saya yang ke-9
saya diajak ayah mengamen berkeliling kota.
“Hari ini kita akan dapat duit banyak.
Ayah mau kasih kamu sepatu baru.”

Karena kecapaian, saya diminta ayah
duduk menunggu di atas bangku
di samping tukang cukur kenalan ayah.
“Titip anakku, ya. Tolong jaga dia baik-baik.
Akan kujemput nanti sebelum magrib.”

Sebelum magrib ia pun datang.
Tukang cukur sudah pulang. Anaknya hilang.

“Ibu tahu anak saya pergi ke mana?”
tanyanya kepada seorang perempuan penjaga warung.
“Dia pakai baju warna apa?”
“Dia pakai celana merah.”
“Oh, dia dibawa kabur tukang cukur edan itu.”

Sampai di rumah, ia lihat anaknya
sedang duduk membaca di bawah jendela.
Kepalanya gundul dan klimis,
rambutnya yang subur dicukur habis.
“Ayah pangling dengan saya?” bocah itu menyapa.

Lama ia terpana sampai lupa bahwa uang
yang didapatnya tak cukup buat beli sepatu.
Gitar tua yang dicintanya terlepas dari tangannya.
“Anakku, ya anakku, siapa yang menggunduli nasibmu?”

(2011/2012)

Puisi Derita yang Berbuah Bahagia | Niki Saraswati



Derita yang Berbuah Bahagia
Niki Saraswati

hidup di dunia tak hentinya derita mengalir
sebab-sebabnya adalah memetik buah pengetahuan
khususnya dalam mencintai
seluas langit tidak bertiang
saat alasan bahagia dari percikan air sejuk
terasa kabut selimut duka
hilang seketika

Karena Engkau Cinta
yang merajai dunia
menghapus segala kotoran
yang sering menyakiti diri

Karena Engkau Cinta
dengan keAgunganMu
memberkahi dengan kebahagiaan
kekuasaan yang sederhana
Pemurah tanpa pamrih
getaran aliran hidup
mengintari jiwa-ragaku
sampai hilang kesadaran
yang ku ingat adalah ketenangan

Untuk Cinta, KarenaMu
Aku berkemauan hidup
menjalani suka - duka

06 October 2012
sumber : fiksi.kompasiana.com

Puisi Pemuja Gadis Cantik Itu | Gordi Afri



Pemuja Gadis Cantik Itu
Gordi Afri

Entah dari mana kamu memandangnya
Aku dari sudut matanya
Aku dari bibirnya
Aku dari dadanya
Aku dari bentuk tubuhnya
Aku dari hatinya
Aku dari gaya bicaranya
Aku dari keramahannya

Aku, kamu, dia, mereka, melihat dari sudut yang berbeda
Gadis itu menurut penilaian kita adalah pribadi yang cantik
Cantik hati, cantik bibir, cantik tubuhnya, cantik dadanya, cantik gaya bicaranya, dan cantik yang lainnya
Kita kagum atas semuanya ini

Tetapi pernahkah kita bertanya dari mana semuanya ini?
Dari orang tuanya
Dari keturunannya
Dari bapaknya
Dari mamanya
Dari kakeknya
Dari neneknya

Ah jadi panjang kalau dirunut terus
Akhirnya dari manusia pertama
Manusia yang memperanakkan anak-cucu dan keturunannya
Tetapi siapakah yang lebih dari manusia pertama?
Dialah Pencipta

Maka kecantikan itu adalah anugerah dari sang Pencipta
Jangan berhenti pada rasa kagum akan tubuhnya, dadanya, bibirnya, hatinya, matanya, gaya bicaranya

Kagumilah Penciptanya
Dari sana kamu akan bisa memuliakan sang Pencipta

———————————
obrolan sore

PA, 4/10/2012
sumber : fiksi.kompasiana.com

Puisi “Pak Presiden” Tolonglah KPK..| Ajinatha



“Pak Presiden” Tolonglah KPK..
Ajinatha

Aku akan bilang itu bukanlah intervensi
Dan aku sangat yakin rakyat akan ada dibelakangmu
Tidakkah pak presiden tahu
Kalau KPK itu menjadi lemah dan galau
Atau jangan-jangan pak presiden sendiri yang ikut mengacau..
Ayolah pak..tunjukkan kalau
Bapak tidak sedang ikut mengacau..
Untuk apa KPK ada kalau lemah tak berdaya
Dan keberadaan bapak pun tidaklah dianggap apa-apa
Ayolah pak tolong KPK
Bapak itu kepala negara
Punya hak dan kekuasaan untuk berbuat semena-mena
Polisi melemahkan KPK
DPR pun begitu juga..
Apakah bapak sendiri turut serta dengan mereka..
Tentulah tidak, kalau bapak bisa menolong KPK..

Jakarta, Oktober 2012
sumber : fiksi.kompasiana.com

Puisi Mengenang Gus Dur | Gitu Saja Kok Repot


Gitu Saja Kok Repot
Yustinus Bianglala

1.000 hari berlalu
darimu guru bangsa
banyak yang tak mungkin dilupa
diantaranya, canda yang membuat tawa
canda sarat makna
makna yang tak tersurat
butuh pemenungan kita semua

makna tak tersurat itu
terlupakan oleh kelucuannya;
lenyap tertimbun tawaan;
hilang akibat kita tak pernah merenung

1.000 hari berlalu
lewat Sinta Nuriyah, belahan jiwamu
frasa canda itu kembali menggema
gemaan canda itu hadir tanpa kelucuan
padanya hanya tersisa makna:
iklas berbuat;
tegarlah hati dan pikiran;
iklas berserah;
tak takut pada ancaman

dulu,
siapa sangka,
frasa canda: gitu saja kok repot
bermakna mulia:
mengajak kita iklas segalanya
ah, Gus Dur….
jika saja kami tahu dari dulu
tak mungkin kami tertawai,
ajakkanmu,
tuk mengiklasi semuanya….

01 Oktober 2012

sumber : fiksi.kompasiana.com