Puisi Setangkai Mawar Sejarah | Yuris Hamdani


Setangkai Mawar Sejarah
Yuris Hamdani

bagaimana mungkin aku kembali ke tebing itu untuk memetikmu; mawar? sementara lindu sudah menggelindingkanku ke kaki-kaki bukit bercadas, dan longsor tanah mengurukku dalam penyap yang gelap.

semerbakmu masih terjaga oleh belai angin. dari kejauhan aku mengawasimu, dengan putus asa.

namun tak jua aku putus-kan satu-satunya yang kupunya dan masih ku bisa; doa.

bagaimana aku berani meninggalkanmu yang begitu anggun; sejarah? sementara roda waktu masih digdaya melindasku dengan menyeruput kenangan-kenangan yang dulu pernah kita buat.

engkau seperti galengan tanah, lembab-basah yang menumbuhkan dengan penuh berkah hijaunya rumput, ilalang, krokot dan jagung. aku menapak berjingkat-jingkat dalam kejujuran mereka yang sempurna; menjadi makhluk apa adanya.

satu kawanku pernah tersuruk dalam pesonamu. kemudian pergi dengan tanya yang tak pernah ada jawabnya.

selamat meranggas, kemarau. kabarmu menghantarkan semerbaknya yang masih juga terjaga. berkenankah bila aku meminta; jangan kau terlalu bersemangat dalam menjalarkan panas, aku ingin dia tetap ada dengan sejuk semerbaknya dalam lintasan sejarahku.

bulaksumur-120612


Category Article