Biografi Wayan Sunarta

WAYAN SUNARTA, akrab disapa Jengki, lahir di Denpasar, 22 Juni 1975. Menyelesaikan pendidikan di Jurusan Antropologi Budaya, Fakultas Sastra, Universitas Udayana (1994-2000). Sempat mencicipi studi seni lukis di ISI Denpasar (2002-2003). Mulai menulis puisi sejak awal tahun 1990-an. Belakangan kemudian menulis prosa liris, cerpen, feature, esai seni budaya, ulasan seni rupa dan novel.

Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Republika, Suara Pembaruan, Sinar Harapan, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Bali Post, Jawa Post, Harian Nusa, The Jakarta Post, Minggu Pagi, Lampung Post, Jurnal Kebudayaan Kalam, Jurnal Cak, Majalah Sastra Horison, Majalah Kolong Budaya, Majalah Coast Lines, Majalah Bali Echo, Jurnal BlockNot Poetry, Majalah Gong, Majalah Gatra, Majalah Gamma, Jurnal Kebudayaan Sundih, Latitudes Magazine, Majalah Visual Art.

Beberapa puisinya juga terhimpun dalam sejumlah antologi bersama: Nyanyian Fajar (Teater Kene, Jembrana, 1993), Sayong (Sanggar Minum Kopi, Denpasar, 1994), Tabur Bunga Penyair Indonesia (Lingkar Sastra, Blitar, 1995), Getar (HP3N Malang, 1995), Kidung Kawijayan (Sanggar Candi, Tabanan, 1996), Bonsai’s Morning (Matamera, Denpasar, 1996), Antologi Puisi Indonesia (Angkasa Bandung & KSI Jakarta, 1997), Amsal Sebuah Patung (Yayasan Gunungan, Magelang, 1997), Kembang Rampai Puisi Bali, (Bali Mangsi, Denpasar, 1997), Selonding (Yayasan Selakunda, Tabanan, 1998), Art and Peace (Yayasan Buratwangi, Denpasar, 2000), Datang Dari Masa Depan (Sanggar Sastra Tasik, 2000), Bali The Morning After ( terj. Vern Cork, Darma Printing, Australia, 2000), Lampung Kenangan (Dewan Kesenian Lampung, 2002), Puisi Tak Pernah Pergi (Buku Kompas, 2003), Malaikat Biru Kota Hobart (Logung Pustaka, 2004), Tuhan, Langit begitu Kosong (Balai Bahasa Denpasar, 2004), Narasi Dari Pesisir (DKL, 2004), Maha Duka Aceh (Pusdok.HB Jassin, Jakarta, 2005), Dian Sastro for President! End of Trilogy (InsistPress, Yogya, 2005), Les Cyberletters (Yayasan Multimedia, Jakarta, 2005), Roh (bukupop, 2005), Jogja 5,9 Skala Richter (Bentang, 2006), Cinta Disucikan Kehidupan Dirayakan (Selakunda, Bali, 2007), Tongue in Your Ear (FKY Pressplus, 2007).

Dalam bidang cerpen, ia pernah meraih penghargaan “Sepuluh Cerpen Terbaik 2001” lomba menulis cerpen nasional Harian Bali Post, dibukukan dalam Obituari Bagi Yang Tak Mati (Pustaka Bali Post, 2002); nominator “Krakatau Award 2003” lomba menulis cerpen nasional Dewan Kesenian Lampung, dihimpun dalam manuskrip Muli Sikep (DKL, 2003). Tahun 2004, cerpennya yang berjudul Cakra Punarbhawa (Kisah Lima Penjelmaan) masuk sebagai “Cerpen Pilihan Kompas” yang dihimpun dalam Sepi pun Menari di Tepi Hari (Buku Kompas, 2004); dan meraih penghargaan “Cerpen Terbaik Kompas versi Yogya.” Agustus 2004, meraih 12 nominasi Lomba Menulis Naskah Monolog Anti Budaya Korupsi se-Indonesia, dibukukan dalam Sphinx Triple X (Sinergi, Yogyakarta, 2004). September 2004, sebuah cerpennya masuk nominasi “Anugerah Sastra Majalah Horison” berkaitan dengan lomba penulisan cerpen nasional yang digelar majalah tersebut. Desember 2004, sebuah cerpennya masuk nominasi lomba menulis cerpen yang digelar Depdiknas dan CWI, Jakarta, dibukukan dalam Dari Zefir Sampai Puncak Fujiyama. Salah satu cerpennya juga terhimpun dalam buku kumpulan cerpen Loktong (CWI, 2006)

Buku kumpulan puisi tunggalnya adalah Pada Lingkar Putingmu (Bukupop, Jakarta, Juli 2005), Impian Usai (Kubu Sastra, Denpasar, Agustus 2007), dan Malam Cinta (Bukupop, Jakarta, Januari 2008). Buku kumpulan cerpen tunggalnya yang telah terbit berjudul Cakra Punarbhawa (Gramedia, Pebruari 2005) dan Purnama di Atas Pura (Grasindo, Agustus 2005).

Peraih Krakatau Award 2002 dari Dewan Kesenian Lampung ini, beberapa kali pernah diundang mengisi acara-acara sastra penting di sejumlah kota di Indonesia, antara lain: membaca puisi pada Panggung Puisi Indonesia Mutakhir 2003 di Teater Utan Kayu Jakarta, Cakrawala Sastra Indonesia 2004 di TIM Jakarta, Ubud Writer & Reader International Festival 2004 di Bali, pembacaan puisi tunggal “Gugat Diri 2006” di Museum Bali, Temu Sastra Mitra Praja Utama II tahun 2006 di Bali, Festival Kesenian Yogyakarta 2007, Lampung Art Festival 2007, Dialog dan Temu Penyair 2007 di Taman Budaya Bali.

Pada bulan November 2007 ia dianugerahi penghargaan Widya Pataka oleh Gubernur Bali sebagai salah satu penulis produktif dan berprestasi yang dimiliki Bali saat ini.

Sumber : Jengki.Com


Category Article ,