Sajak Taman Sastra


Sajak Taman Sastra
Hendy CH Bangun

: untuk sebuah nama

Terhimpit di sepi selasar
Dan merah cahaya senja
Kau cuma bisa menyumpah
Haruskah cinta melulu luka?
Haruskah semua kotak teka teki silang
Terisi penuh agar kudapat hadiah?

Di antara cemara berjajar di halaman belakang
Koral-koral mengurung langkah sepatumu
Rumput meranggas bukan tempat mengadu
Kata-kata itu kembali bergemuruh
"Kasih pun perlu kepastian
Semacam ijazah atau uang muka sebuah rumah"

Riuh burung gereja
Membuatmu nyaris tertawa
Buku, catatan, map yang lusuh
Tidak beda dengan senandung
Kesetiaan Shinta pada Rama
Yang kerap kau jadikan kidung merayu
Tidak laku, bung

Cinta bukan dongeng masa kecil yang selalu happy end
Seperti pangeran dan putri
ciptaan Hans Christian Andersen
Yang dulu kadang dibacakan ibumu
Sambil terkantuk-kantuk
Dan sibuk mengusir gigitan nyamuk

Ini bukan waktunya menangis
Seperti gelembung perment karet yang meletus
Kau bisa meniupnya lagi
Bahkan seribu kali kalau kau mau
Takkan ada air mata
Yang menetes dari matahari
Yang kau tatap dari lantai
tiga asrama setiap pagi

Palmerah, 13 Maret 2009


Category Article ,