Home > Kategori Puisi Campuran > Kumpulan Puisi Pengemis | Puisi Tentang Pengemis
Kumpulan Puisi Pengemis | Puisi Tentang Pengemis
Sesilya Donna LebaKaki kaki kecil menyeruak menerobosUntuk sekeping receh penyambung nafasTak perduli kumpulan asap knalpot yang memerihkan mataSatu persatu menadahkan tangannya dengan raut nestapaDan tangan tangan itu selalu ditepisSebab tiada lagi yang jujur menyiratkan wajah memelasKerna katanya itu hanya sandiwaraDibalik tuntutan sang peraup dermaLalu apakah naluri kasih harus pupus ?Dan tak perduli pada hati mereka yang menangisLalu berpaling tanpa rasaSeolah kebahagiaan bukan milik merekaSemua pun tau bahwa hidup bukan hanya untuk bernafasJuga bukan untuk memelasNamun bila masih ada asa yang menjamah ragaMungkin hidup mereka masih bermakna29 October 2012http://www.kompasiana.com/sesilyadona.blogspot.comNahlatul AzharMenanti lagi!Apa bedaya kami dengan pengemis di seberang jalan sana?Sama-sama menengadahkan tangan berharap pada orang berilmu yang tak jua datangApa bedaya nasib kami dengan peminta-minta di kolom jembatan?Sama-sama meratap pada si kaya yang bergelimpangan hartaKami sama saja!Pemuda-pemudi peminta-mintaBedanya dia berbadan kumalSedang kami berseragam elitKami masih sama!Seperti pengamen di tengah redupnya lampu jalanMenari memlintir sunyiMembelai malam dengan lagu penuh asa, tanpa nada, tanpa pamrihBerharap recehan menghampiri kantong yang kosong melompongBedanya…Kami meminta di gedung ber-ACDuduk di bangku berwarnaDiantar kendaraan milik bapak, ibu kamiBerharap kelak kntong kami penuh uang berlimpahTapi kami tetap sama!Berharap pada hartaBerharap perbaikan hidupSama-sama memintaSama-sama mengemis26 September 2012http://www.kompasiana.com/phoca_thumb_l_kawanimut_fairy_in_love_5.Pengamen dan PengemisAyu Ashari AtApa yang dicari di bawah naungan langit negeri?Matahari kian menusuk perihMenyanyikan lagu penuh rintihBukan musisi, sederhana kami bernyanyiMenyembunyikan perut terasa pedih di tengah jalan yang tak pernah sepiApakah ini takdir atau salah tempat kami terlahir?Kami sodorkan telapak tangan telanjang terbukaMengucapkan kata yang mungkin kalian telah hafal hingga bosan mendengarnyaTak ada maksud hati memamerkan garis nasib di tangan kamiHanya meminta berharap ada rezeki yang kalian bagiKami tak pernah bermimpi tinggiMungkin kami tidak berani bermimpiTak perlu pakaian bagus, rumah, atau pendidikan tinggiCukup hari ini perut kami terisiSetidaknya kami tahu kami masih hidup hari iniKehidupan terlalu keras hingga kami lupa kami pun anak negeri iniPandangan kalian sinis hingga kami tak merasa kami bagian negeri iniKami tersia-siakan hingga kami dendam pada negeri iniMerasa terbuang dibuang orang tua dan negeri iniApakah Tuhan pun sengaja membuang kami ke dunia ini?Kami nyanyikan lagu sederhana penuh pedihMeratapi jalan nasib yang tak pernah kami pilihKami membuka telapak tangan kamiMeminta Tuhan lebih mengasihi kami30 Oktober 2012http://www.kompasiana.com/ayu_at
Category Article Kategori Puisi Campuran