Sang Pengarung Samudera

Sang Pengarung Samudera *
Syair Rabindranath Tagore

Madhu si juru perahu, perahunya
ditambatkan di dermaga Rajgunj.

Perahunya dimuati rami, sia-sia
sebab perahunya sudah lama ada
tertambat di sana, tak kemana.

Kalau saja, dia pinjamkan perahunya,
akan kupasangi dengan seratus dayung,
kubentang layar, lima atau tujuh tiang.

Aku tak kan pernah mengemudikannya
untuk singgahi pasar-pasar bodoh saja.
Aku harus melayari tujuh samudera,
dan tiga belas sungai di negeri mimpi.

Tapi, ibu, jangan tangisi aku di sudut itu.

Aku tidak pergi ke hutan seperti Ramachandra,
untuk balik setelah hanya empat belas tahun.

Kelak aku akan jadi pangeran dalam dongeng,
dan mengisi perahuku apa saja yang kumau.

Akan kuajak Ashu, sahabatku. Lalu kami
berlayar bersuka cita, mengarungi tujuh samudera
dan tiga belas sungai di negeri mimpi.

Lalu kami memasang layar di pagi dini hari.

Bila naik pasang malam, engkau mandi di kolam,
kami saat itu ada di negeri asing, raja yang asing.

Kami mengarungi samudera Tirpuni, dan
di belakang kami, padang pasir Tepantar.

Bila kami kembali, hari mulai gelap, maka
kukisahkan padamu, apa yang kami temu.
Aku telah menyeberangi tujuh samudera, dan
tiga belas arus sungai di negeri mimpi.

* Syair ke-20 dalam rangkaan 40 syair The Crescent Moon.


Category Article