Puisi Setelah Kutikam Kamu Dengan Perih | Arung Wardana

SETELAH KUTIKAM KAMU DENGAN PERIH
Arung Wardana

Tak bermaksud aku menikammu
kumaksud menikam baju-bajumu
tak bermaksud aku merobek hatimu
kumaksud merobek sepatu-sepatu brandedmu
siapa duga
adalah wajahmu selalu kuingat
dan mengantarkan aku pada pintu-pintu kota
yang acapkali tak selalu ramah
pada tamunya
hingga kinipun
masih membekas kumpulan-kumpulan kaosmu
celana-celanamu
topi-topimu
warna lipstikmu
kursi-kursi kayu itu
sana kamu lihat sendiri
di tepi kolam renang itu
lalu kamu gampang saja
teriaki aku
kalau malam tlah berubah jadi iblis
kalau dingin tlah berubah jadi setan
kalau sore tlah berubah jadi perih
karena tlah menikammu
mana gunting itu
biar kamu gunting resahku
tak perlu kamu balas tuk menikamku
dengan perih pula
karena cukup dengan perih
aku meminangmu
maka singkirkan
debu-debu di bajumu
topimu
celanamu
seperti aku menyingkirkan perih
dari kenangan sore itu
kali ini pintu-pintu kota
harap aku mengantarkan selalu
pada terang
dan
bulan

Yogyakarta, Agustus 2012


Category Article ,