Menguak Palung Kenangan | Mega Vristian

Menguak Palung Kenangan
Mega Vristian

jerit tangis bocah tak mampu menahan tekad kepergian ibunya
Di pintu pagar tanaman beruntas berjanji akan menunggu kepulangan
pagar tanaman beruntas yang tak pernah meranggas kering, walau tiap pagi dipetik nenek buat lauk makan selalu tumbuh lagi begitu berulang sekian musim
hingga si bocah tumbuh ditimang penantian didewasakan arus waktu

Kilatan petir sesekali membelah gelap ruang
seorang bocah berdiri di tepian jendela kamar
menengadah ke langit mencari tatapan kasih ibu
yang mungkin tersangkut di rembulan diantara derasnya hujan

Perlahan sang anak bernyanyi
Ibu sosokmu timbunan puisi / yang kubaca dengan segenap hati dan jiwaku/ yang tak pernah kubayangkan jika akan menjadi terkenang/ Letih penantian tak harus berakhir kematian/ Aku pun ingin sepertimu yang selalu tersenyum/ selayak puisi akan selalu hidup/ mesti raga kelak tergeletak tak berdaya dikeranda

(Causway Bay, Juli 2009)


Category Article ,