SELEMBAR PETA

Isbedy Stiawan ZS

: hanya amsal

di depanku selembar peta terbuka. Kucari tempat-tempat
yang pernah ada dalam benakku, kota-kota yang menyimpan
kenangan bersamamu. Tapi yang kubaca sisa luka dan wajah
yang sulit kutandai. Tahilalat yang pernah kurajah di tubuhmu
sudah terhapus perjalanan waktu. aku bagai menerka-nerka
hidup yang misteri, kelamin yang asing di tengah orang-orang
lalu kucari lagi tanda atau lambang atas isyarat di tubuhmu
yang terbuka, seperti kubaca peta yang membentang ini. Aku
dirikan podium untukmu, kukirim boneka dan topeng ke dalam
tubuhmu: menarilah bersama waktu yang terus berputar,
sayang, menari dengan irama bossanova!
Sebab, katamu suatu waktu, hidup adalah permainan.
Masuklah ke dalamnya, atau terbuang dari halaman peta ini. Ah,
kusaksikan kau pun melangkah ke dalam laga itu, memburu lawan
dan darah makin menggenang di halaman peta ini
Khidir! Khidir! Jangan kau bocorkan lagi perahu ini
jangan kau bunuh lagi anak tak berdosa itu
jangan…
(jangan kau tanya yang tak kupahami)

dkl enggal, 29 Agustus 2002




Category Article